SILVIKULTUR JENIS SENGON (Paraseriantes falcataria)

PENDAHULUAN

Hutan di Indonesia menyimpan banyak keanekaragaman hayati, juga menghasilkan banyak komoditi hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dan tanaman obat. Salah satu hasil hutan yang memiliki manfaat bagi masyarakat dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga mampu meningkatkan devisa negara adalah sengon.
Sengon (parasarienthes falcataria) kadang-kadang orang menyebutnya jeungjing, merupakan tanaman kayu yang dapat mencapai diameter cukup besar apabila telah mencapai umur tertentu. Tanaman sengon dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat luas, dengan demikian dapat tumbuh dengan baik hampir di sembarang tempat. Beberapa keunggulan lain tanaman sengon antara lain:
• Pertumbuhannya sangat cepat sehingga masa layak tebang dalam umur yang relatif pendek.
• Karena memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat menarik hara yang berada pada kedalaman tanah ke permukaan.
• Mudah bertunas kembali apabila ditebang, bahkan apabila terbakar.
• Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulah tanaman albasia dijadikan tanaman penghijauan hampir di semua wilayah. Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra (Nasution,2008).
Di Cirebon, Budidaya sengon laut (Paraserienthies falcataria) di lahan garam dinilai lebih menguntungkan ketimbang usaha pembuatan garam.Budidaya kayu sengon laut dinilai lebih menguntungkan sesuai dengan namanya, kayu sengon laut cocok tumbuh di daerah pesisir. Saat ini mereka sudah mencoba membudidayakan sengon laut pada lahan tambak seluas 2,5 hektar. Menurut mereka, sengon laut bisa dipanen pada usia 5-6 tahun, yakni pada saat diameter mencapai 35-40 sentimeter. Satu hektar lahan, bisa menghasilkan sekitar 600 meter kubik kayu sengon. Dengan harga sekitar Rp 400.000 per meter kubik, akan didapat sekitar Rp 250 juta untuk waktu 5-6 tahun. "Artinya, hasil per tahun sekitar Rp 50 juta," (Kompas, 2006).
SILVIKULTUR JENIS SENGON (Paraserianthes falcataria)


A. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoidae
Marga : Paraserianthes
Jenis : Paraserianthes falcataria
Sinonim : Albizia moluccana Miq. Albizia falcata Backer; Albizia falcataria (L.) Fosberg.
Nama lokal/daerah : Sengon (umum), jeungjing (Sunda), sengon laut (Jawa), sika(Maluku), tedehu pute (Sulawesi), bae, wahogon (Irja).

B. Deskripsi botani
a. Batang
Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau.
b. Daun
Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 – 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
c. Akar
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
d. Bunga
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
e. Buah
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
f. Benih
Pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir 16 – 26 gram.

C. Penyebaran dan habitat
Sebaran alami di Maluku, Papua Nugini, kep. Solomon dan Bismark. Banyak ditanam di daerah tropis. Merupakan species pionir, terutama terdapat di hutan hujan dataran rendah sekunder atau hutan pegunungan rendah. Tumbuh mulai pantai sampai 1600 mdpl, optimum 0-800 mdpl. Dapat beradaptasi dengan iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200-2700 mm/th dengan bulan kering sampai 4 bulan. Dapat ditanam pada tapak yang tidak subur tanpa dipupuk. Tidak tumbuh subur pada lahan berdrainase jelek. Termasuk species yang memerlukan cahaya. Merupakan salah satu species paling cepat tumbuh di dunia, mampu tumbuh 8 m/tahun dalam tahun pertama penanaman.

D. Kegunaan
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
a. Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti ayam, sapi, kerbau, dan kambing menyukai daun sengon tersebut.
b. Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
c. Kayu
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku untuk konstruksi ringan, kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik, pulp, untuk perkakas peti, plywood dan meubel dengan perlakuan tertentu, pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.
Di Ambon kulit batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti sabun. Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan penghijauan.

E. Pembibitan
a. Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
• Kulit bersih berwarna coklat tua
• Ukuran benih maksimum
• Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
• Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b. Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
• Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
• Jarak tanam 3 x 2 meter
• Satu lubang satu benih sengon
• Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
• Daya tumbuh 60 %
• Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

c. Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan, sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu: Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

d. Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
• Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
• Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
• Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
• Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.

F. Perkecambahan
a. Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
• Benih
• Bedeng tabur/bedeng kecambah
• Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
• Peralatan penyiraman
• Tersedianya air yang cukup
• dan sebagainya.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.

b. Penyapihan Bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
• Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
• Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
• Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
• Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
• Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.

G. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
a. Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.

b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut : Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan. Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.

c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.

d. Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Anakan di persemaian sering terkena lodoh yang disebabkan oleh Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Pythium dan Phitophthora. Untuk mengatasinya, tanah disterilkan dan diberi fungisida sebelum benih ditabur. Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan. Selain itu, hama pengganggu tanaman sengon adalah hama penggerek (Xystrocera festifa) dan undur-undur yang membuat matinya pohon dan jamur akar.Cara pemberantasannya dengan menebang pohon dan membakarnya agar tidak menular, atau dengan menyemprotkan insektisida dengan frekuensi tertentu.

f. Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.

PENUTUP

Sengon (parasarienthes falcataria) kadang-kadang orang menyebutnya jeungjing, merupakan tanaman kayu yang dapat mencapai diameter cukup besar apabila telah mencapai umur tertentu. Tanaman sengon dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat luas, dengan demikian dapat tumbuh dengan baik hampir di sembarang tempat. Beberapa keunggulan lain tanaman sengon antara lain:
• Pertumbuhannya sangat cepat sehingga masa layak tebang dalam umur yang relatif pendek.
• Karena memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat menarik hara yang berada pada kedalaman tanah ke permukaan.
• Mudah bertunas kembali apabila ditebang, bahkan apabila terbakar.
• Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulah tanaman albasia dijadikan tanaman penghijauan hampir di semua wilayah.
Beberapa kegiatan pembibitan sengon antara lain pemberian berlakuan benih, pemilihan lokasi persemaian, penyemaian benih, penyapihan bibit, dan kegiatan pemeliharaan yang meliputi penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemangkasan, penjarangan dan pengendalian hama penyakit. Hama pengganggu tanaman sengon adalah hama penggerek (Xystrocera festifa) dan undur-undur yang membuat matinya pohon dan jamur akar.
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan jenis yang hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan baik daunnya, akarnya, batangnya atau kayunya hingga fungsi pohon sengon itu sendiri. Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.




DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2008. Budidaya Sengon.
Diakses di http://www.dephut.go.id/budidayasengon/j/54/5 pada 23 November 2010. Pukul 18.35 WIB.

Hidayat, J. 2002. Informasi Singkat Benih. Indonesian Forest Seed Project. Bandung.

Kompas. Pengembangan Kayu Sengon Laut di Lahan Garam Menguntungkan. Edisi Senin, 31 Juli 2006.

Mubarak, E. 2001. Pembibitan Sengon.
Diakses di http://www.lablink.or.id/Agro/Sengon/sngn-bibit.htm pada 23 November 2010. Pukul 18.45 WIB.

Nasution, A. S. 2008. Mengenal Kayu Sengon.
Diakses di http://ahmadsanusinasution.blogspot/Mengenal/Kayu/Sengon_ pada 23 November 2010. Pukul 19.05 WIB.

Plantamor.2000.Sengon (Paraserianthes falcataria)
Diakses di http://www.plantamor.com/index.php?plant=952. pada 23 November 2010. Pukul 17.00 WIB.

Komentar