PEMANENAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Pendahuluan
Hasil hutan non-kayu sudah sejak lama masuk dalam komponen penting strategi penghidupan penduduk hutan. Saat ini, upaya untuk mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan perhatian terhadap pemasaran dan pemungutan hasil hutan non-kayu sebagai suatu perangkat dalam mengembangkan konsep kelestarian.
Sejak masa kejayaan ekploitasi hutan melalui sistem HPH, harga kayu hasil penebangan cukup menggiurkan masyarakat untuk mengusahakannya. Sebaliknya, nilai tukar produk hasil hutan non kayu secara bertahap mengalami penurunan. Akibatnya banyak masyarakat, yang secara tradisi mengusahakan hasil hutan non kayu, menghentikan kegiatan tersebut dan beralih pada ekspoitasi kayu hutan. Eksploitasi ini sekarang tidak hanya berlangsung pada kawasan produksi saja, tapi juga telah merambah pada kawasan konservasi yang ada. Akibat dari telah semakin terbatasnya tegakan hutan yang belum diekstraksi. Selain itu, prilaku eksploitatif ini juga berdampak langsung pada produk hasil hutan non kayu. Dimana banyak produk-produk tersebut yang membutuhkan dukungan tegakan hutan yang baik untuk berkembang optimal. Jika kondisi kerusakan hutan semakin parah, bukanlah sebuah keniscayaan beberapa produk hutan non kayu akan pula menjadi punah.

Prilaku yang eksploitatif tersebut masih berlaku hingga saat ini. Pemberlakuan kebijakan desentralisasi pemerintahan pada pemerintah daerah, ternyata tidak membuat pengelolaan sumber daya alam menjadi lebih baik. Peluang untuk merumuskan kebijakan secara mandiri ini ditangkap sebagai peluang untuk kembali mengeksploitasi sumber daya hutan. Pengeluaran izin hak pengusahaan hutan skala kecil marak dilakukan hampir pada seluruh kabupaten yang masih memiliki sumber daya hutan. Episode penghancuran sumber daya hutan pun kembali bergulir, dimana masyarakat di sekitar hutan tetap hanya sebagai penonton dan korban dari eksploitasi yang dilakukan di depan mata mereka.
Belakangan ini di Kalimantan, pada sebagian masyarakat di sekitar hutan telah mulai tumbuh kesadaran untuk mengusahakan alternatif pendapatan selain kayu. Umumnya, mereka mengembangkan komoditas yang merupakan hasil hutan non kayu. Banyak dari mereka yang mencoba menggali kembali kearifan lokal yang diwarisi nenek moyangnya dalam mengupayakan hasil hutan non kayu. Kesadaran ini tubuh dari kenyataan penurunan kondisi lingkungan di sekitar mereka dan menipisnya ketersediaan kayu yang dapat dieksploitasi.
Inisiatif pemanfaatan yang tidak merusak ini bukan tidak memiliki kendala. Salah satu kendalanya adalah belum berpihaknya kebijakan dari pemerintah pada pengembangan hasil hutan non kayu. Banyak pemerintah daerah yang belum memandang produk hasil hutan non kayu sebagai produk yang dapat diandalkan dalam mendorong ekonomi daerahnya. Insentif dan perlindungan dari pemerintah daerah bagi keberlanjutan usaha pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat belum banyak dirasakan. Keadaan ini diakibatkan masih rendahnya pemahaman pemerintah daerah menyangkut potensi yang dimiliki oleh produk hasil hutan non kayu (Supriadi, 2010).
Di samping industri kayu, juga terdapat perdagangan hasil hutan lain seperti rotan, getah, tumbuhan obat, dan bambu yang secara umum lebih dikenal sebagai hasil hutan non kayu. Di lihat dari manfaat yang dapat diberikan hasil hutan non kayu tersebut mampu memberikan manfaat yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan manfaat yang dapat diberikan hasil hutan kayu. Seperti bambu yang dikumpulkan dari tumbuhan liar dan digunakan secara luas di Indonesia untuk bahan bangunan, penyangga bangunan, tempat air dan pipa saluran, tabung masak, keranjang, tikar, senjata, penangkap ikan, alat musik, dan sebagai salah satu sumber bahan baku bubur kayu dan kertas, sementara rebung mudanya dapat dimasak sebagai sayur yang sangat berguna untuk kesehatan. Contoh lainnya adalah tumbuhan obat, yang sering digunakan masyarakat Indonesia untuk melakukan pengobatan berbagai macam penyakit secara tradisional. Sedangkan produk getah-getahan yang dihasilkan beberapa jenis tanaman juga sangat berguna dan sangat berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan negara seperti resin, terpentin dan latex, serta berbagai jenis hasil hutan non kayu lainnya (Bianconeri, 2010).
Secara garis besar hasil hutan dibagi menjadi 2 bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Terpentin, Kopal, Gondorukem dan sebagainya). Namun apabila dilihat dari potensi pohon tersebut, terdapat banyak sekali bagian-bagian pohon selain kayu atau batang yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi bila diolah dan dimanfaatkan dengan baik. Beberapa hasil hutan bukan kayu tersebut adalah bagian akar, daun, buah, ranting, biji, kulit batang, dan getah dari pohon itu sendiri. Bahkan tidak jarang juga potensi tersebut memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada nilai ekonomi kayu atau batang pohon tersebut. Hal ini adalah tergantung pada bagaimana tehnik pemanenan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu tersebut hingga menjadi sebuah produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Pemanenan dan Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pemanenan hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu dapat dipanen dengan cara yang berbeda-beda tergantung pengolahan dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tersebut. Bagian pohon selain kayu atau batang merupakan hasil hutan bukan kayu. Contohnya yaitu bagian akar, daun, buah, bunga, biji, kulit batang, ranting dan getah pohon itu sendiri. Ada yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan ada yang memiliki nilai ekonomi yang rendah. Nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu sangat tergantung bagaimana melakukan pemanenan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu tersebut. Berikut ini merupakan beberapa contoh dan penjelasan pemanenan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu:

Tabel 1. Contoh dan Manfaat dan Produk Hasil Hutan Bukan Kayu
No. Hasil Hutan Bukan Kayu Contoh                                 Kegunaan/ Manfaat/ Produk
1. Akar                                 Jati                                        Kerajinan tangan dan furniture
2. Daun                                Alpukat                                  Teh dan Obat
3. Buah                                Jambu biji                               Makanan, Minuman dan Obat
4. Bunga                              Cempaka putih                        Obat
5. Biji                                   Jengkol                                  Makanan dan Obat
6. Kulit batang                      Kayu manis                            Rempah-rempah
7. Ranting                             Sengon                                   Kayu bakar, pulp dan Briket arang
8. Getah                               Kemenyan                              Bahan baku pembuatan rokok, dupa

Buah

Buah Jambu Biji (Psidium guajava) dan hasil olahan menjadi jus
Tehnik pemanenan dan pengolahan
 Ciri dan Umur Panen
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.
 Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
 Periode Panen
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembang besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.
 Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat diperkirakan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohon setelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6 bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil setiap panenan seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya dapat mencapai 53.200 ton dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jual sekarang ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau sampai Rp.750/ kg.
PASCAPANEN
 Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug.
 Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
 Penyimpanan
Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung dulu dalam gubug-gubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar 23-25 derajat C dan jambu dapat bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik adalah -1013 mbar dan dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanan sehingga dapat lama dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau koktail.
 Pengemasan dan Pengangkutan
Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yang berukuran persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak 1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm, karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk keluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, atau bahan halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan peti bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.
 Penanganan Lain
Agar hasil penyimpanan dapat bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahan terlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan atau dikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat proses pembusukan buah didalam botol, dan dapat membuka peluang untuk menikmati buah jambu biji pada setiap saat tanpa menunggu musim berbuah berikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan. Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu biji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.
 Pengemasan
Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.


Getah
Hasil olahan getah kemenyan (Styrax sumatrana)

Tehnik pemanenan dan pengolahan
 Penyadapan
Pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum penyadapan kemenyannya, terlebih dahulu tumbuhan di sekitar pohonnya dibersihkan telebih dahulu dengan parang. Begitu juga tumbuhan yang melekat pada kulit pohonnya, dibersihkan dengan guris. Penyadapan kemenyan dilakukan pada bagian pohon yang berada di bawah bagian tajuk yang berdaun hijau muda dan rindang.
Mula-mula kulit ditakik (dicongkel sampai sedikit terangkat, dan tidak sampai lepas) dengan panuktuk, lalu, permukaan kulit ini dipukul-pukul dengan gagang panuktuk sebesar lingkaran lubang penyadapan yang diharapkan. Setelah 2-3 bulan, umumnya dalam takikan ini sudah terdapat kemenyan. Dan, dengan menggunakan agat, kulit (yang menutup) takikan dibuka untuk mengambil kemenyan dari lubang takikan.
 Pengolahan
Kemenyan hasil sadapan yang masih bercampur aduk dengan kulit pohon kemenyan, selanjutnya disortir menjadi empat golongan, yaitu : mata kasar, mata kacang/mata halus, jurur dan tahir. Golongan pertama harganya lebih mahal, dan golongan selanjutnya lebih murah. Selain itu, dikenal juga kemnyan tampangan, yaitu kemenyan yang dicampur dengan damar. Pengolahannya melalui pemanasan, pencampuran, dan pencetakan. Perbandingan campurannya disesuaikan dengan permintaan konsumen/pembeli.
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996


Kulit Batang

Rempah-rempah dari kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Tehnik pemanenan dan pengolahan
1. Pengupasan
Pada umumnya kayu manis / Cinnamomom dipanen setelah umur 4 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara mengupas kulit batang, lalu kemudian menebangnya. Tahap selanjutnya mengupas kulit cabang dan ranting. Pengambilan kulit (pengupasan) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya akan kita bahas sebagai berikut:
2. Pengelupasan kulit batang
o Tahap pertama pengolahan kayu manis, kulit pada batang pohon yang masih hidup dibersihkan dari lumut dan kotoran.
o Kulit pada posisi 5~10 cm di atas leher akar dikerat melingkar disekeliling batang sampai menyentuh bagian kayu dari batang. Keratan kedua dibuat 100 cm di atas keratan pertama.
o Setelah kulit dikerat lagi secara vertikal dari keratan lingkaran atas keratan lingkaran bawah. Keratan vertikal ini dibuat beberapa buah dengan jarak 5~10 cm. Dengan demikian akan diperoleh keratan keratan kulit dengan panjang 100 cm dan lebar 5~10 cm.
o Masing-masing keratan dikelipaskan dengan mencungkilnya melalui garis keratan vertikal, kemudian menariknya dari atas ke bawah secara vertikal. Dengan demikian akan diperoleh lembara-lembaran kulit dengan panjang 100 cm dan lebar 5~10 cm.
o Pengelupasan tersebut dilakukan sampai semua kulit batang habis dikelupaskan.
3. Pengelupasan kulit cabang dan ranting
Setelah pengelupasan kulit batang, tahap selanjutnya adalah tanaman ditebang dengan memotong batang 10 cm di atas leher akar. Kemudian ranting pada cabang dipotong. Selanjutnya daun-daun dan bagian-bagian yang tidak bisa dikuliti pada bagian ranting, serta cabang dipotong-potong. Potongan cabang dan ranting dikuliti dengan pisau. Cabang yang cukup besar perlu diusahakan pengulitannya seperti pengulitan batang agar diperoleh lembaran kulit yang bermutu tinggi. Proses pengelupasan ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan cermat sehingga kualitas kayu manis yang dihasilkan juga tinggi.
4. Pemeraman
Setelah kulit kayu manis selesai dikelupas, tahap selanjutnya kulit batang yang baru dikelupas diperam selama semalaman dengan cara menumpuk kulit pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
5. Pengikisan
Untuk mendapatkan mutu kayu manis yang baik, kulit yang berukuran lebar, yaitu kulit dari batang dan kulit dari dahan yang cukup besar sebaiknya dikikis bagian luarnya, sehingga kulit menjadi bersih.Pengikisan dilakukan dengan pisau yang tajam. Pengikisan dapat juga dengan alat mekanis yang bekerja seperi mesin serut papan (ketam).
6. Penjemuran
o Proses berikutnya, kulit kayu manis dijemur. Pada umumnya tahap pengeringan ini masihdilakukan secara tradisional yaitu menggunakan sinar matahari selama kurang lebih 3~4 hari hingga kadar air turun sampai 16%, atau berat bahan-bahan susut sampai 50%. Selama penjemuran bahan harus sering dibolak-balik. Kendalanya penjemuran sering menghasilkan bahan yang jelek mutunya karena berkapang. Hal inidisebabkan hujan sering turun, atau sinar matahari tertutup awan. Untuk mengatasinya, disarankan proses pengeringan ini dilakukan menggunakan alat pengering.
o Kulit dari bahan atau dahan yang cukup besar yang berupa lembaran, selama pengeringan akan mengkerut membentuk gulungan panjang serupa tongkat. Sedangkan kulitnya akan membentuk serpihan atau lempengan yang tidak beraturan.
7. Penyimpanan
Cassiavera kering disimpan di tempat kering yang tidak panas. Tempat penyimpanan perlu dihindarkan dari tikus dan serangga.
Tahap selanjutnya kayu manis siap dikemas dan dipasarkan. Untuk memperoleh kualitas kayumanis yangbaik pengeringan kulit harus benar-benar sempurna sehingga kering dan tahan disimpan dalam jangka waktu yanglama. Kayu manis siap dipasarkan langsung ke konsumen ataupun disetorkan ke industri-industri.

Akar

Sebuah meja produk olahan akar Jati (Tectona grandis)
Tehnik pemanenan dan pengolahan
Tak cuma batangnya, bonggol dan akar kayu jati bisa diolah menjadi furnitur. Bentuknya yang unik dengan banyak lengkungan di sekitar bonggol menjadikan furnitur dari limbah kayu jati ini disukai pasar luar negeri. Sebagai tanaman daerah tropis, pohon jati banyak tumbuh di hutan-hutan yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Memiliki batang pohon yang kuat, kayu dari pohon jati sering dimanfaatkan untuk kerangka rumah dan bangunan serta perabot rumah tangga seperti lemari, meja, kursi. Tak cuma batang yang bisa digunakan untuk furnitur, bonggol dan akar kayu jati pun punya banyak kegunaannya. Bonggol dan akar yang dulunya dianggap limbah bisa diolah menjadi furnitur seperti meja dan kursi.
Berbeda dari kayu jati yang memiliki risiko kegagalan saat dibikin menjadi mebel, pembuatan furnitur dari bonggol relatif tak berisiko. Cacat pada bonggol malah menjadi keunikan dan punya nilai jual yang tinggi dan pembuatannya juga relatif lebih mudah.
Saat ini, banyak perajin dari Jepara yang beralih memanfaatkan bahan bonggol dan akar kayu jati sebagai bahan furnitur. Dibutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk mendapatkan bahan bakunya. Didapatkan bonggol dan akar itu dalam dua bentuk, yakni yang sudah berbentuk meja namun masih dalam keadaan kasar. Ada juga yang masih berupa bongkahan bonggol yang besar. Harganya mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 700.000, tergantung besar kecilnya bonggol ayu jati tersebut.
Keunikan dari furnitur bonggol pohon jati terletak pada lengkungan-lengkungan tidak beraturan di sekeliling bonggol. Padahal, sejatinya bonggol dengan lengkungan-lengkungan itu adalah pohon jati yang cacat karena adanya benalu yang menempel pada bonggol. Benalu ini pula yang membuat tekstur bonggol menjadi tak menentu. Lantaran alami, tak ada satu pun produk dari bonggol atau pun akar yang sama bentuknya.
Dengan harga meja berukuran 100 cm X 90 cm dan tinggi 45-50 cm sebesar Rp 3 juta dan ukuran 1,5 m X 100 cm dengan tinggi 45 cm sebesar Rp 6 juta, saban bulan Zainudin bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta sampai Rp 59 juta, tergantung dari banyak sedikitnya order yang masuk.

Ranting

Ranting pohon sengon (Paraserianthes falcataria)

Tehnik pemanenan dan pengolahan
Pemanenan ranting kayu sengon sejalan dengan pemanenan batangnya. Berikut merupakan proses pemanenan kayu dan ranting sengon.
Proses pemanenan kayu sengon yakni :

1. Perencanaan Pemanenan Kayu
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan untuk kegiatan pemanenan adalah : pembangunan jaringan angkutan, kebijakan finansial, dan kemudian penetapan biaya finansial.

2. Penebangan dan pembagian Batang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penebangan adalah penentuan takik balik, takik rebah dan arah rebah. Kesalahan yang diakibatkan pada saat penentuan arah rebah tersebut bisa menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil kegiatan penebangan.
Setelah pohon rebah, kegiatan selanjutnya adalah pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang. Pembersihan cabang dilakukan dengan chain saw, sedangkan ranting dibersihkan dengan parang. Selanjutnya batang dipotong sepanjang batang bebas cabang, kemudian dibagi-bagi dalam potongan sesuai kebutuhan.
- Untuk bahan pulp-kertas, papan partikel, papan serat, dan produk serat lainnya, panjang batang bebas cabang berkisar 10,5-17,5 m dapat dipotong-potong lagi menjadi 3-4 bagian.
- Sabagai bahan baku kayu olahan, Plywood dan sebagainya pemotongan disesuaikan dengan ukuran kayu olahan yang diijinkan dan disepakati bersama dengan pembeli.
Pembagian batang ini akan mempengaruhi kualitas kayu karena secara umum pelaksanaannya harus memperhatikan hal berikut :
a. Syarat yang diminta oleh pasar
b. Kebijaksanaan penjualan kayu sengon yang telah disepakati.
c. Kemungkinan Penyaradan dan Pengangkutan.
d. Adanya industri penampung dan penglah kayu sengon
e. Pesanan-pesanan

3. Penyaradan
Secara umum kegiatan penyaradan yang dilakukan pada pengusahaan hutan rakyat khususnya dipulau jawa menggunakan jasa hewan dan para buruh tani. Walaupun tingkat efektifitas dan efisiensinya rendah, penggunaan jasa hewan dan para buruh tani dalam kegiatan penyaradan masih banyak dilakukan. hal itu terkait dengan kecilnya biaya penyaradan (upah) yang dikeluarkan bila dibandingkan dengan kegiatan penyaradan secara modern.
Pada Penanganan Pasca panen terdiri dari pengangkutan dan pengolahan.

1. Pengangkutan
Dalam menentukan cara dan teknik pengangkutan perlu memperhatikan beberapa faktor antara lain :
- Letak dan topografi lapangan
- Geologi, keadaan tanah dan iklim
- Luas daerah yang dieksploitasi
- Jumlah dan ukuran kayu
- Keadaan jalan
- Jarak dan Biaya Angkutan.

2. Pengolahan
Sebelum diolah lebih lanjut kayu sengon biasanya dikeringkan dan diawetkan terlebih dahulu. Proses ini akan berpengaruh terhadap kembang susut kayu dan ketahanan terhadap serangan rayap.
Pemasaran kayu sengon relatif lebih mudah, karena kayu sengon merupakan jeniskayu yang tingkat konsumsinya tinggi. Kebutuhan kayu sengon di samping untuk dijual sebagai kayu papan dapat pula digunakan sebagai kayu kaso, palet, bahan pembuat peti dan lain sebagainya. Ranting kayu sengon dapat pula dijual sebagai kayu bakar dan bahan baku pembuatan kertas (pulp).


Bunga

Bunga Cempaka Putih atau kantil (Michelia alba)
Tehnik pemanenan dan pengolahan
Bunga Kantil mempunyai nilai tradisi yang erat bagi masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Bunga Kantil banyak di gunakan pada upacara perkawinan terutama sebagai hiasan sanggul dan keris. Selain itu bunga kantil juga digunakan pada upacara kematian dan tabur bunga (nyekar).
Secara medis, bunga, batang, daun kantil (Michelia alba) mengandung alkaloid mikelarbina dan liriodenina yang mempunyai khasiat sebagai ekspektoran dan diuretik. Karena kandungan yang dipunyainya, kantil dipercaya dapat menjadi obat alternatif bagi berbagai penyakit seperti bronkhitis, batuk, demam, keputihan, radang, prostata, infeksi saluran kemih, dan sulit kencing.
Sayangnya khasiat yang dipunyai oleh bunga cempaka putih ini belum tereksplorasi secara maksimal. Sehingga meski saat ini mulai ada yang berusaha membudidayakan tanaman ini tetapi pemanfaatannya lebih banyak untuk acara-acara spiritual dan tradisi.
Khasiat bunga Cempaka Putihadalah untuk mengobati beberapa penyakit diantaranya adalah: bronkhitis, batuk, demam, keputihan, radang, prostata.

Pengolahan Cempaka Putih secara tradisional
1. Untuk pemakaian luar, bunga direbus dengan airnya dipakai untuk mandi. Sedangkan pemakaian dalam: 15-30 gram daun atau bunga kering, direbus lalu airnya diminum. Khasiat bunga cempaka untuk mengatasi masalah bau badan dan ketiak, caranya ambil bunga cempaka putih, daun sirih masing-masing secukupnya direbus dengan air secukupnya lalu airnya digunakan untuk mandi setelah airnya hangat.
2. Untuk mengatasi sinusitis dengan menggunakan 30 gram bunga cempaka putih kering, 30 gram daun mint/menthol, 15 gram jahe, 2 batang daun bawang putih direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc air, lalu airnya diminum untuk 2 kali sehari masing-masing 200 cc.
3. Mengobati masalah vertigo (kepala pusing) dengan menggunakan 5-7 kuntum bunga cempaka putih kering direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
4. Atasi masalah perut kembung dengan menggunakan 5 kuntum bunga cempaka putih, 5 gram kulit jeruk keprok atau jeruk mandarin kering, 3 butir kapulaga, 15 gram jahe direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian disaring dan diminum selagi hangat.
5. Mengobati masalah keputihan dengan menggunakan 30 gram bunga cempaka putih kering, 60 gram jali (direndam dahulu hingga lembut), 15 gram kulit delima kering direbus dengan air secukupnya dan air rebusannya diminum selagi hangat sedangkan jalinya dimakan.
6. Atasi masalah radang Saluran pernapasan dengan menggunakan 15 gram bunga cempaka putih kering ditambahkan air secukupnya lalu ditim, kemudian airnya ditambahkan madu secukupnya dan diminum selagi hangat. Lakukan secara teratur.
7. Bila dada terasa penuh/begah, ambil 15 gram bunga cempaka putih kering direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu airnya diminum selagi hangat.
8. Mengatasi masalah bau badan dengan menggunakan 30 gram cempaka putih, gula batu secukupnya direbus dengan air secukupnya, airnya diminum.
9. Mengobati batuk rejan, batuk berdahak: 5-7 kuntum bunga cempaka putih, 10 gram jahe, 10 gram kulit jeruk mandarin kering direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, tambahkan madu secukupnya dan diminum. Lakukan dua kali sehari masing-masing 150 cc.

Daun

Daun Alpukat (Persea gratissima)
Tehnik pemanenan dan pengolahan
Bagian lain dari pohon alpukat yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik). Sebuah data penelitian menyimpulkan bahwa daun alpukat mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus strain A dan B. Staphylococcus albus, Pseudomonas sp., Proteus sp., Escherichea coli dan Bacillus subtilis (E.O. ognulans dan E. Ramstad 1975).
Pemanfaatan untuk obat:
- Kencing batu.
- Darah tinggi, sakit kepala.
- Nyeri syaraf.
- Nyeri lambung.
- Saluran napas membengkak (bronchial swellings).
- Menstruasi tidak teratur
Pemanfaatan daun alpukat adalah sebagai berikut:
Kencing batu:
• Bahan : 4 lembar daun alpokat, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu, setengah biji pinang, 1 buah pala, 3 jari gula enau.
• Cara membuat : bahan dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
Darah tinggi :
• Bahan : 3 lembar daun alpokat
• Cara pembuatan : dicuci bersih lalu diseduh dengan 1 gelas air panas. Setelah dingin diminum sekaligus.
Teh daun alpokat baik untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri lambung, bengkak pada saluran napas, rasa nyeri syaraf (Neuralgia) dan datang haid tidak teratur.

Biji

Biji Jengkol/ Jering (Archidendron pauciflorum)
Tehnik pemanenan dan pengolahan
Tanaman jengkol berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 10-26 meter. Buahnya berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buahnya lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7 biji. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap.
Biji ini, terutama yang sudah tua, merupakan bagian tanaman yang paling penting dan paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik serta baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.
Biji jengkol biasa dimakan segar atau diolah dengan bumbu semur, dan dikenal oleh orang Sunda sebagai ati maung atau “hati macan”. Bijinya lunak dan empuk. Tekstur inilah yang membuatnya disukai. Aromanya agak menyerupai petai, tetapi lebih lemah. Namun demikian, tidak demikian bila sudah dibuang dari urin. Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti halnya emping dari melinjo, dengan cara ditumbuk hingga pipih, dikeringkan, dan digoreng dengan minyak panas.
Jengkol biasa digunakan sebagai lalap penyedap dan penambah selera makan. Umumnya, yang dijadikan lalap adalah biji jengkol muda, meski beberapa orang lebih menyukai lalap jengkol tua dengan cara digoreng terlebih dahulu. Tak hanya dijadikan lalap, jengkol juga bisa diolah menjadi beragam jenis produk pangan berbumbu seperti semur jengkol, rendang jengkol, sambal goreng jengkol, hingga urap jengkol. Jenis makanan lainnya adalah kerupuk jengkol. Barangkali, yang belum ada hanyalah dodol atau jus jengkol.
Beragamnya pengolahan jengkol menjadi beberapa produk pangan menjadi indikasi betapa kuatnya posisi jengkol dalam daftar menu makanan sebagian masyarakat kita. Bagi sebagian orang, mengonsumsi jengkol mungkin hanya sebatas “kegemaran” yang intensitas konsumsinya terbatas, misalnya sepekan sekali. Terutama ketika selera makan sudah mulai menurun dan butuh “jamu pendongkrak selera makan”. Namun, bagi sebagian lainnya, bisa jadi, jengkol ibarat candu, meski tidak harus setiap hari mengonsumsi, mereka merasa ada yang hilang jika makan tidak “ditemani” jengkol.


DAFTAR BACAAN

Pusat Informasi Pertanian, Trubus Kumpulan Kliping Jambu Biji: Jenis dan Manfaat Budidaya Panen dan Pasca Panen. Jakarta: 1993. 108p: gamb.

Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa Agribisnis tanaman perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.

Ensiklopedi nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989. Jilid 7: hal 325.

http://binaukm.com/2011/03/peluang-usaha-pengolahan-kayu-manis/

http://bantulbiz.com/id/bizpage_perajin/id-70.html

http://infokehutananjambi.or.id/

http://wannura.wordpress.com/2010/06/23/kemenyan-styrax-benzoin-dryand

http://nirhono.wordpress.com/2010/06/18/jengkol-pangan-kontroversial-yang-digemari/

http://id.wikipedia.org/wiki/Jering

http://alamendah.wordpress.com/2010/05/30/kantil-cempaka-putih-mitos-dan-manfaat/

http://www.cifor.cgiar.org/publications/Html/AR-98/Bahasa/Non-Timber.html

http://bianconeri16.blogspot.com/2010/06/pemanfaatan-hasil-hutan-non-kayu-hhnk.html

https://sites.google.com/site/sengonfarm/budidaya-sengon-1/panen

Komentar

  1. lengkap bnget postinganx kawan..
    http://forester-untad.blogspot.com/

    BalasHapus

Posting Komentar